Kisah menyentuh datang dari Nadhifa Laudza Shabrina salah satu wisudawan Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) dalam Wisuda ke-124. Gadis berambut panjang ini berhasil lulus dan diwisuda dari ITS. Shabrina meneruskan jejak almarhum ayahnya saat ia masih anak-anak.
Shabrina membagikan momen bahagianya usai diwisuda di media sosial saat berziarah ke makam ayahnya, beberapa waktu lalu. Unggahan itu pun cukup menarik banyak perhatian publik. “Foto ini hanya untuk mengenang kembali kisah saya dan papa,” tutur alumnus Departemen Teknik Geofisika ITS ini.
Walau sempat tak percaya, Shabrina mengaku bersyukur sebab banyak dari netizen yang turut mendoakan almarhum sang ayah yang meninggal dunia pada 29 Desember 2013, setelah melihat unggahannya di media sosial tersebut.
“Senang bisa meninggalkan jejak yang baik di ITS (seperti almarhum ayah) dan menyentuh hati teman-teman,” tambahnya.
Gadis asal Surabaya ini menceritakan bahwa ketika dirinya berfoto pada Oktober 2009 lalu dengan memegang ijazah milik sang ayah, Eko Julianto Prihantoro ST MT, kedua orang tuanya saat itu meyakini jika suatu saat nanti ia juga akan memegang ijazah miliknya sendiri.
“Seperti ada malaikat lewat, pernyataan tersebut sungguh terwujud bahkan di kampus yang sama dengan ayah,” tutur Shabrina bangga.
Pilihannya berkuliah di ITS bukan semata-mata karena ingin mengikuti jejak sang ayah yang merupakan lulusan program Magister (S-2) di Magister Manajemen Teknologi (MMT) ITS.
“Memang sejak awal sudah tertarik dengan departemen pilihan saya dan saya rasa ITS memang tempat yang tepat,” ungkapnya.
Shabrina menambahkan bahwa masa perkuliahannya di ITS dimulai sejak 2017 hingga lulus saat ini juga tak luput dari jatuh bangun seperti mahasiswa pada umumnya. Mulai dari tugas yang berat hingga raihan nilai yang terkadang tidak sesuai ekspektasi.
Beruntung dirinya mampu menyelesaikan masa studinya dengan dukungan keluarga dan lingkungan yang suportif. “Berani memulai sesuatu artinya berani bertanggung jawab hingga akhir,” tegasnya.
Sulung dari tiga bersaudara ini mengatakan bahwa tekad utamanya menyelesaikan studi sarjana (S-1) ialah keinginannya untuk meringankan beban sang ibu yang sudah tujuh tahun menjadi tulang punggung keluarga.
“Semoga pencapain ini dapat mengisi ruang bangga di hati mama,” harap gadis kelahiran 1999 ini.
Peran almarhum ayah yang sempat mengisi 14 tahun kehidupannya juga tak kalah penting. Shabrina selalu teringat akan motivasi almarhum ayahnya yang selalu mengatakan bila sang ayah saja bisa, pasti dirinya juga mampu melewati hal itu.
"Papa saja bisa menyelesaikan pendidikan hingga S-2, maka saya juga harus bisa menyelesaikan pendidikan S-1 ini,” tandas Shabrina meyakinkan dirinya.
Lebih dalam, Shabrina juga membagikan satu pesan almarhum ayahnya yang masih teringat hingga kini yaitu ‘Don’t stop learning’. Motto yang selalu dipegangnya ini pun sukses mengantarkan dirinya meraih gelar S-1.
"Apapun yang masih berada di bawah langit ini semua pasti bisa dipelajari bila ada kemauan,” ucap gadis yang kini telah bekerja di salah satu perusahaan gas swasta di Surabaya ini.
Shabrina berpesan kepada mahasiswa yang sedang berjuang menyelesaikan studinya dan berada di fase terberat untuk selalu mengingat bahwa capaian dirinya saat ini merupakan hal yang pernah ia usahakan. Shabrina percaya bahwa niat awal yang baik tidak akan membuahkan pilihan yang salah.
“Selalu berikan yang terbaik dan perbanyak bersyukur,” ujarnya memberi motivasi.
Terakhir, Shabrina mengungkapkan rasa syukurnya bisa menempuh dan menyelesaikan pendidikan di ITS. Ia mengatakan, selain pendidikan akademik yang didapatnya dengan maksimal, lingkungan ITS yang suportif turut membuatnya merasa nyaman.
“Bisa mengenyam kehidupan kampus di ITS merupakan salah satu privilege terbesar dalam hidup saya,” pungkasnya penuh syukur. (Red)
0 komentar:
Posting Komentar