Seminar nasional dengan tema 'Jatim Bangkit Pasca Pandemi Covid-19 Menuju Indonesia Emas 2045' diselenggarakan Lembaga Ilmu Sosial Humaniora dan Bisnis (LISHB) Universitas Airlangga, dihadiri Dinas Pariwisata, Dinas Koperasi dan UMKM, Bappeda, akademisi, mahasiswa dan masyarakat umum, di Ballroom Hotel Bumi secara hybrid, (28/10/21).
Pemerintah optimistis pada 2045 mencapai Indonesia Emas namun diperlukan berbagai strategi dan inovasi, di antaranya; SDM dan IPTEK, pembangunan ekonomi, pemerataan pembangunan, pemantapan ketahanan nasional dan tata kelola kepemerintahan.
Berdasarkan data BPS (2021), terdapat penurunan jumlah wisatawan yang cukup
signifikan, baik wisatawan lokal maupun wisatawan mancanegara. Total kunjungan wisatawan mancanegara ke Indonesia pada tahun 2020 sebesar 4,02 juta kunjungan.
Apabila dibandingkan dengan tahun 2019, jumlah wisatawan mancanegara turun sebesar 75,03 persen. Terdapat 5 negara yang paling banyak berkunjung ke Indonesia pada tahun 2020 yaitu Timor Leste, Malaysia, Singapura, Australia, dan China.
Penurunan jumlah wisatawan yang signifikan berpengaruh pada kondisi perekonomian, karena pariwisata berperan penting dalam meningkatkan pendapatan negara, devisa, dan lapangan pekerjaan.
Pandemi mengancam 13 juta pekerja di sektor pariwisata dan 32,5 juta pekerja yang secara tidak langsung terkait sektor
pariwisata. (BPS, 2020) Penerimaan devisa negara dari sektor pariwisata juga sangat menurun.
Proyeksi penerimaan devisa dari pariwisata pada tahun 2020 antara 4-7 miliar dolar AS. Sebelum terjadi pandemi,
penerimaan devisa pariwisata tahun 2020 ditargetkan sebesar USS 19-21 miliar. Apabila dibandingkan dengan tahun 2019, penurunan yang terjadi cukup signifikan, karena penerimaan devisa pariwisata pada tahun sebelumnya hampir mencapai 20 miliar dolar AS.
Pariwisata masih menjadi salah satu sektor yang diharapkan mampu mendongkrak perekonomian pasca pandemic. Dalam rangka menuju Indonesia Emas 2045 salah satu langkah strategis pengembangan perekonomian after pandemic COVID-19 adalah percepatan industry dan pariwisata.
Sri Endah Nurhidayati selaku ketua seminar nasional mengatakan tujuan seminar nasional merupakan tindak lanjut dari penelitian yang dilakukan LISHB di
kawasan BTS (Bromo Tengger Semeru) di Kabupaten Pasuruan, Kabupaten Malang, Kabupaten Lumajang, Kabupaten Probolinggo dari penelitian UMKM di wilayah Malang, Madura dan Gresik.
Hasil Penelitian merupakan kontribusi akademik LISHB dan masukan bagi pemerintah untuk melakukan revitalisasi perekonomian pasca pandemic COVID-19. Merumuskan kebijakan terkait pengembangan perekonomian Jawa Timur pasca Pandemi COVID-19. Memetakan kondisi dan dampak pariwisata maupun UMKM di Jawa Timur pada masa pandemi.
Selain itu, tambah Endah, kegiatan ini memberi gambaran tentang kondisi perekonomian pasca pandemi COVID-19. Memberi arahan pengembangan perekonomian Jawa Timur ke depan, sebagai dasar pengembangan program bagi pemerintah/OPD, swasta, maupun stakeholder lainnya. Memberi arahan pergeseran di berbergai sektor sebagai upaya antisipasi pengembangan
perekonomian menuju Indonesia Emas 2045.
Menteri Koperasi dan UKM Teten Masduki mengapresiasi kegiatan ini. Teten mengatakan meskipun Jatim merupakan penyumbang perekonomian terbesar kedua setelah DKI, namun beberapa indikator sosial ekonominya harus diperbaiki.
Berdasarkan data BPS Maret 2021, angka kemiskinan Jatim 11,4 persen, pasca kemiskinan tertinggi di pedesaan. Masih data BPS tahun lalu, Indeks Pembangunan Manusia Jatim 71,71, lebih rendah dari IPM Nasional 71.94. IPM tertinggi adalah Surabaya 82.23 dan terendah ada di Sampang 62,72.
Nilai Tukar Petani Jatim lebih rendah 99,19 dari NTP Nasional 103,29. Dari data tersebut penting bagi pemerintah pusat, pemda dan universitas, khususnya Unair bersama sama mengatasi persoalan ekonomi melalui pemberdayaan UMKM dan Koperasi. Jatim memiliki 9,7 juta pelaku UMKM dan jumlah koperasi 22.586. Potensi besar yang perlu terus dikembangkan. (Red)
0 komentar:
Posting Komentar