Kampung Wisata Pecinan (WKP) Kapasan Dalam merupakan destinasi wisata heritage baru di Kota Pahlawan yang diresmikan tahun lalu, tepatnya 10 Nopember 2020. WKP terletak di belakang Kelenteng Boen Bio Kapasan.
Banyak obyek menarik yang bisa dinikmati saat memasuki kampung pecinan tua ini. Ratusan lampion digantung di sepanjang jalan kampung. Nuansa daratan Tiongkok pun kian terasa dengan deretan mural yang menghiasi setiap sudut kampung.
Banyak sejarah yang tertoreh di kampung Kapasan Dalam yang dikenal juga sebagai Kampung Kungfu. Budaya Jawa dan Tionghoa rutin dipentaskan di kampung yang menjunjung tinggi toleransi ini.
Bobby salah satu pengurus WKP mengajak keliling kampung seluas satu hektar. "Walau pandemi, wisata di sini masih jalan terus, tapi dengan menerapkan protokol kesehatan," ujarnya sambil menunjuk tempat cuci tangan dan hand sanitizer untuk pengunjung maupun warga yang datang.
Bobby mengakui perkembangan kampungnya makin menarik dengan dibukanya deretan stan makanan khusus dimana pengunjung yang datang bisa langsung menikmati, yakni kafe ala pecinan berhias mural.
Bobby juga menceritakan kegiatan sedekah bumi yang rutin diselenggarakan secara meriah di Kampung Kapasan Dalam, namun sejak pandemi hanya digelar selamatan kecil. Sedekah bumi merupakan tradisi kejawen yang dilaksanakan bertepatan dengan tanggal lahir Konghucu.
Pada waktu diselenggarakan sedekah bumi juga digelar wayang kulit semalam suntuk. "Mengapa wayang kulit bukan wayang potehi, karena penjajah tidak menyukai orang Tionghoa yang turut memperjuangan kemerdekaan Indonesia di Surabaya ini. Akhirnya wayang potehi diganti wayang kulit. Wayang potehi tetap dilestarikan di Kampung Dukuh (Kelenteng Dukuh) sampai sekarang," ujar Bobby.
Hingga sekarang sudah digelar 125 kali wayang kulit. "Jadi sudah 125 tahun kan setahun sekali. Tradisi sedekah bumi untuk tolak balak," imbuhnya sambil menunjukkan punden Kapasan Dalam tempat digelar acara sedekah bumi setiap tahun.
Tak jauh dari punden telihat bangunan kayu yang masih kokoh. Bobby menceritakan jika dulunya bangunan tersebut dibuat menyimpan senjata pejuang. Kemudian menjadi balai pengobatan yang dibawahnya terdapat bunker berukuran 16mx8m cukup luas.
Kini bungker tersebut tertutup tanah karena terlalu lama dan biaya untuk merenovasi juga tidak murah, jelas Bobby kembali.
"Wilayah disini dulunya banyak tumbuh pohon kapas, makanya dinamakan kapasan. Dulu masih tersisa 2 pohon kapas tapi dimakan usia dan tumbang," terangnya. Bobby lantas mengajak menyusuri gang demi gang di Kampung Kapasan Dalam. Terlihat di beberapa rumah memasang spanduk informasi makanan yang dijual dan bisa dipesan melalui online.
WKP terus berbenah terlihat pintu masuk dengan lukisan yang menarik, ketika dibuka disambut naga. Kemudian jalan beberapa meter sampailah di Kafe ala Pecinan yang menawarkan beragam kuliner dengan deretan stan makanan.
Namun jika masuk melalu pintu samping kelenteng Boen Bio berjalan lurus terlihat gerbang naga yang disampingnya terdapat resto vegetarian dan disediakan pula spot foto nuansa Tiongkok, juga pijat terapi, dimana pasien yang datang tak hanya warga kota tapi juga luar kota.
Cyandra selaku pemilik mengatakan dirinya dan beberapa pengurus WKP melakukan studi banding ke Singkawang yang memiliki wisata pecinan berkonsep kampung, dimana semua rumah warga menjadi obyek wisata. "Konsep di Singkawang sesuai dengan di sini. Makanya kami mengadopsi dan mewujudkan di WKP ini," terang lelaki asal Kalimantan ini.
Cyandra juga mempersilahkan mencoba menu makanan vegetarian yang menyehatkan di restorannya berkonsep indoor dan outdoor. Pengunjung bisa makan di luar ruangan di bawah payung dengan meja kursi yang ditata rapi.
0 komentar:
Posting Komentar