Sabtu, 12 Februari 2022

GOSTING Gerakan Peduli Stunting Digaungkan Paguyuban Cak dan Ning Surabaya



Paguyuban Cak dan Ning Surabaya bersama Dinkes Pemkot Surabaya, IDI Surabaya Educlinic dan para sponsor menyelenggarakan penyuluhan pencegahan stunting dengan sasaran para ibu yang memiliki balita berada di wilayah Kecamatan Semampir.

Kegiatan bertajuk Gosting kepanjangan dari Gerakan Peduli Stunting yang digaungkan Paguyuban Cak dan Ning Surabaya untuk mencegah stunting di Kota Surabaya, dilaksanakan di Aula Terminal Bus Wisata Religi Ampel, Kecamatan Semampir Surabaya, Sabtu, 12 Februari 2022. 





Stunting adalah masalah kurang gizi kronis yang disebabkan kurangnya asupan gizi mengakibatkan gangguan pertumbuhan pada anak. 

Cak Briansyah Ketua Paguyuban Cak Ning Surabaya mengungkapkan Cak dan Ning kini turun langsung ke lapangan seperti mengadakan kegiatan Gosting yang diharapkan mampu memberi impact dan value bagi masyarakat. 

Terkait Stunting di Kota Surabaya perlu menjadi perhatian utama, jelas Briansyah, dengan mengurangi angka stunting akan terjamin generasi muda berkualitas. Briansyah berharap kegiatan ini terus berlanjut guna mempercepat kemajuan Kota Surabaya.

Yongky Kuspriyanto Wibowo Camat Semampir mengapresiasi kegiatan yang dilaksanakan Paguyuban Cak dan Ning bersama berbagai pihak untuk memberi pelatihan kepada warga agar lulus stunting. "Apa yang harus dilakukan sehingga stunting di Semampir khususnya dan Surabaya pada umumnya menjadi zero," ujarnya.

dr. Berlian Beatrix Rarome Ketua Bidang 4 TP PKK Kota Surabaya pada kesempatan itu membacakan sambutan Ketua TP PKK Kota Surabaya Rini Indriyani yang menyampaikan bahwa anak stunting memiliki resiko menderita penyakit kronis di masa dewasanya.

Jumlah balita stunting di Surabaya mencapai 7,18 persen dibawah target nasional. Namun secara jumlah cukup besar, sehingga diperlukan perhatian khusus.

Penyebab masalah stunting tidak hanya faktor kesehatan, tapi paling sering faktor ekonomi dan pola asuh kurang baik, sehingga balita mengalami kurang gizi kronis. Faktor kebersihan diri dan lingkungan yang kurang baik, menyebabkan banyak kejadian balita menjadi sakit. 

Intervensi Kesehatan berkontribusi 30 persen dari penurunan stunting. Peran OPD, camat, lurah lintas sektor dan masyarakat sangat diperlukan untuk penurunan stunting di Surabaya.

Widayanti Achmad Founder dan Presiden Direktur House of Quality Indonesia Group selaku salah satu sponsor turut mengapresiasi kegiatan yang dimotori Paguyangan Cak dan Ning Surabaya. 

"Stunting tidak bisa dianggap remeh. 50 tahun kedepan jangan sampai dipimpin orang kurang gizi karena stunting," jelasnya 

Selanjutnya panitia memberikan penghargaan kepada seluruh pendukung acara di antaranya; perwakilan TP PKK Kota Surabaya, House of Quality Indonesia Group, IDI, Wings, Jamu Iboe, dan Bank Mandiri.

Acara puncak adalah penyuluhan tentang pemenuhan gizi 1000 hari kehidupan yang dibawakan dr. Kartika dari Puskesmas Sidotopo. 

dr. Kartika menjelaskan bahwa asupan makanan yang tidak memadai penyebabnya banyak orangtua belum cukup umur saat menikah, sehingga tidak tahu makanan apa yang harus dikonsumsi, keadaan rumah tangga, dan keadaan bayi. 

Bayi sering diare, infeksi saluran nafas, radang, dan batuk pilek, mempengaruhi gizi anak. "Kalau anak ada keluhan orang tua harus cepat tanggap, karena seperti diare tiga hari saja menurunkan berat badan anak," jelas dr. Kartika. 

Dalam acara itu juga melibatkan UKM Surabaya yang menawarkan beragam produk baik makanan minuman hingga kerajinan.

0 komentar:

Posting Komentar