Selasa, 19 Mei 2020

Aneka Rasa Sambal Selera Indonesia MONSERA Produksi Kabupaten Malang

varian sambal Monsera

Mengapa orang Indonesia suka makan pedas? Bila tidak ada rasa pedas kurang nendang di lidah. Apapun masakannya jika ditambah sedikit rasa pedas, terasa nikmat.

Nasi putih yang berasa hambar, lalu ditambahkanlah lauk ikan, daging, tempe, tahu maupun sayuran, sangat pas ada sambal diantara deretan sajian di atas meja.

Sambal bisa dibuat sendiri di rumah dengan aneka rasa guna menambah rasa nikmat sajian kuliner rumahan. Namun kini sambal tidak lagi harus repot membuat, seperti sambal Indonesia Monsera yang memiliki varian rasa khas.

Monsera hadir dengan varian sambal terasi, sambal matah, sambal bawang, sambal geprek, dan sambal ijo. Bahan yang digunakan 100% alami dan segar juga ditambahkan minyak biji bunga matahari yang memiliki banyak khasiat.

Seperti Geprek Monsera yang terasa tekstur fase pedasnya bikin ketagihan dengan bahan utama cabai, bawang putih, minyak sawit dan lainnya. Demikian pula sambal bawang Monsera memiliki rasa pedas bawang yang kuat dan tepat buat teman makan cemilan, lauk maupun penyedap masakan. 

sambal terasi Monsera

Sambal selera Indonesia Monsera diproduksi Monsera Pratama Rasa berada di Kabupaten Malang penghasil buah dan sayuran segar. 

Lia salah satu penggemar sambal Monsera mengakui sangat menyukai rasanya yang enak. "Saya suka semua rasa sambal Monsera. Saya biasa membeli sambal Monsera rasa bawang dan geprek buat makan. Karena sudah pas  dengan lauk tempe, tahu atau ikan goreng," tuturnya.

Lalu apa arti makan sambal bagi penyukanya?

Tyas yang saat ini tinggal di Tokyo mengaku sebagai penggemar berat sambal Indonesia. Dalam keseharian ia selalu menyediakan sambal sebagai pelengkap hidangan. Ia pun sering membuat sambal sendiri maupun membeli yang lebih praktis.

"Aku menyukai sambal, karena bagiku yang hidup di negeri orang, tidak ada yang bisa menandingi pedasnya sambal," tuturnya dan biasa membeli sambal di toko Indonesia di Tokyo. 

Saat melihat sambal produksi Malang, Tyas berharap Monsera bisa hadir menyapa warga Indonesia di sana, karena harganya pun terbilang murah.

Dr. Sri Endah Nurdihayati, S. Sos. dari Universitas Airlangga Surabaya mengungkapkan, makan sebenarnya adalah pengaruh kebiasaan dan budaya. "Apa yang kita makan biasanya kita pelajari dari generasi-generasi terdahulu. OK, masyarakat tertentu mengkonsumsi makanan dengan kecenderungan tertentu," tutur Endah panggilan akrabnya.

Contoh orang Yogjakarta suka makanan dengan rasa manis, karena masyarakat sebelumnya juga demikian. Sama halnya dengan makanan pedas. Kebiasaan makan makanan pedas dipengaruhi lingkungan, misalnya keluarga, imbuh Endah. Ibu yg suka makanan pedas biasanya cenderung memasak makanan sesuai selera lidahnya dan ini akan ditularkan ke anggota keluarga yg lain.

"Makanan pedas memang membawa sensasi tersendiri, karena membuat tubuh ikut bergejolak saat mengkonsumsi misalnya tubuh menjadi berkeringat, mata melebar dan sensasi seperti terbakar di lidah," terangnya. 

Dr. Sri Endah Nurhidayati

Masih penjelasan Endah, makanan pedas tidak pernah kehilangan penggemar. Selain sensasi, cabai yang membawa rasa pedas memiliki  kandungan antioksidan yang membuat tubuh terasa nyaman dan santai setelah mengkonsumsi. Pada beberapa masyarakat makanan pedas bahkan dijadikan terapi kesehatan, misalnya untuk menyembuhkan flu orang akan mengkonsumsi makanan pedas, jelas ibu berputra tiga.

Adanya sambal kemasan seperti Monsera merupakan salah satu cara mengawetkan olahan sambel, karena dalam keadaan normal sambal hanya bertahan sehari. Jika diolah dengan baik dan diawetkan bisa bertahan beberapa bulan. Dengan demikian masyarakat bisa mengkonsumsi sambal secara praktis tanpa perlu repot  menyiapkan. 

Dengan mengemas sambal dalam botol atau kemasan lain memungkinkan sambal dibawa ke berbagai tempat misalnya dikonsumsi selama liburan atau saat berhaji di tanah Mekkah. Dengan mengemas sambal tradisional sekaligus merupakan cara untuk melestarikan kuliner tradisional serta memperkenalkan makanan tradisional ke dunia internasional, meningkatkan nilai ekspor makanan dan sebagainya, jelas Sri Endah Nurhidayati, Senior Lecturer in Faculty of Vocational Studies, Airlangga University.

0 komentar:

Posting Komentar