Rabu, 31 Maret 2021

Porang Tanaman Umbi Umbian Bernilai Ekspor Tinggi



Porang adalah tanaman umbi-umbian dari spesies Amorphophallus muelleri  yang memiliki nilai strategis untuk dikembangkan, karena berpeluang
cukup besar untuk diekspor.

Tercatat ekspor porang pada tahun 2020 sebanyak 32.000 ton, dengan nilai mencapai Rp 1,42 Triliun ke negara Jepang, Tiongkok, Vietnam, Australia dan lain sebagainya. Jika dibandingkan tahun 2019 angka tersebut meningkat sebesar 160%.

Porang digunakan untuk apa?
Panganan
Tepung porang, ekstrak glukomannan, mie shirataki, beras konnyaku, pasta porang konnyaku, Boba, suplemen, diet, pengental alami.

Kosmetik
Butiran pembersih wajah, spoons pembersih wajah, masker wajah dan minuman jelly kecantikan.

Farmasi
Pembuatan bahan pengisi dan pengikat tablet.

Industri Kimia
Bahan pelapis (coating dan
edible film), bahan kimia perekat (lem dan cat tempok), pelapis kedap air, penguat
tenunan industry tekstil, media pertumbuhan mikrobia, dan bahan pembuat kertas, tipis, lemas, dan tahan air.

Porang Komoditas Mahkota

Menteri Pertanian (Mentan) Syahrul Yasin Limpo membuka talkshow komoditas Porang yang memiliki potensi besar terhadap perkembangan ekspor produk pertanian nasional. 

Acara ini digelar di Auditorium Puslitbangtan, Cimanggu, Bogor, Jawa Barat. Turut hadir diantaranya Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, Fadjri Djufri serta sejumlah pegiat Porang lainya dari sejumlah daerah.

“Saya ingin mengatakan bahwa diskusi Porang ini adalah sesuatu yang sangat penting bagi bangsa dan negara. Oleh karena itu kita memiliki tanggung jawab yang sama untuk menghadirkan kehidupan yang lebih baik dari sisi sektor pertanian,” ujar Mentan, Kamis, 25 Maret 2021 lalu.

Mentan mengatakan, komoditas Porang saat ini semakin menggeliat dengan terus meningkatnya permintaan ekspor untuk bahan baku kosmetik lipstik sekaligus kebutuhan nutrisi yang bagus untuk ketahanan tubuh.

“Jadi tidak heran kalau saya bilang komoditas porang adalah komoditas Mahkota. Bayangkan saja dalam 15 tahun ini baru pertama kali ekspor kita lebih dari 15,4 persen. Porang itu ekspornya tinggi dan yang sudah pesan sama kita ada 13 negara. Antara lain Tiongkok, Vietnam, Filipina dan lain sebagainya. Oleh karena itu bicara Porang adalah bicara masa depan,” katanya.

Untuk mewujudkan peningkatan komoditas porang, kata Mentan, saat ini pihaknya sudah mempersiapkan 5 cara bertindak atau yang lebih dikenal dengan istilah (5 CB). CB 1, kata dia adalah mengembangkan kapasitas peningkatan produksi, CB 2 berkaitan dengan pangan lokal, CB 3 penguatan cadangan dan sistem logistik pangan, CB 4 pengembangan pertanian modern dan CB 5 adalah gerakan tiga kali ekapor (Geratieks).

Menurut Mentan, semua CB tersebut saat ini sudah dilaksanakan dengan sistem kerja extra ordinary serta penuh keyakinan dan optimisme untuk menjadikan pertanian Indonesia semakin diperhitungkan.

“Pertanian itu sudah di depan mata karena kita punya 270 juta penduduk yang semuanya sudah mengenal pertanian. Makanya tata kelolanya harus dipersiapkan. Sebab yang tidak boleh hilang adalah makanan,” katanya.

Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Kementan, Fadjri Djufri menambahkan bahwa saat ini pemerintah telah menyiapkan teknologi modern untuk mengakomodasi kepentingan produksi komoditas Porang dari hulu sampai hilir.

“Bahkan sekarang kami sudah berhasil melepas Porang Madiun 1, sekaligus sedang melakukan identifikasi dan observasi untuk Porang-porang unggul lainya. Alhamdulilah kami juga telah menemukan formula percepatan bibit Porang yanh lebih canggih lagi. Target kami tahun ini punya 10 juta benih. Tentu kita menggandeng Pemerintah Daerah, Swasta dan pegiat porang lainya,” katanya.

Ke depan, Fadjri mengaku sedang menyiapkan sistem pengolahan pasca produksi seperti pengelolaan sistem porang untuk selanjutnya dijadikan tepung maupun chips. “Kalau sudah diolah nilai jualnya juga tinggi. Inilah yang juga akan kami siapkan,” tutupnya. 

0 komentar:

Posting Komentar